Rabu, 01 Mei 2013

DERITA SEBELAS PROVINSI TERTINGGAL

Satu minggu menjelang Ujian Nasional berbagai isue tentang akan ditundanya Ujian Nasional mulai merebak. Selaku sekretaris panitia Ujian Nasional di sekolah penulis mulai sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan Ujian Nasional, namun kesibukan itu meningkat karena banyak hal baru yang harus dilaksanakan terutama karena Ujian kali ini 20 paket apalagi dengan adanya isue tertunda.
Kesibukan semakin memuncak setelah tanggal 11 April 2013, telepon selalu stand by karena anak anak ingin selalu meng up date beritanya, selain itu koordinasi antar kepala sekolah dan sekretaris panitia ujian setiap saat harus dilakukan. Keesokan harinya ada kepastian penundaan, itu pun hanya melalui sms dan berita di perbagai mas media.
Rencana awal soal akan datang pada hari sabtu tanggal 13 April 2013, jadi kami harus siap serah terima naskah soal di polres yang selanjutnya mengawal ke polsek. Pada hari itu kami sepakat mengutus perwakilan dari dua sekolah yang dikawal polisi ke polres, sedang yang lain menunggu di polsek masing masing. Hingga sore hari tidak ada kejelasan akan kedatangan naskah Ujian Nasional, bahkan berita yang diterima penundaan sampai hari Kamis tanggal 18 April 2013.
Pihak sekolah tidak berani mengeluarkan pengumuman pasti tentang kapan dilaksanakan, sangat wajar karena pengumuman resmi dari pemerintah juga simpang siur. Semua panitia mau tidak mau harus mengeluarkan pulsa tambahan untukl menjawab perbagai pertanyaan dari siswa yang gelisah. Akhirnya hari Rabu 17 April 2013 baru ada kepastian bahwa soal sudah sampai di ibukota propinsi.
Panitia Pelaksana yang bertugas mengambil naskah yang dikawal polisi berangkat ke ibukota kabupaten, lagi lagi ada perubahan bahwa naskah baru dikirim dari bandara jam 13.00 Wita artinya sampai ke Kandangan sekitar jam 17.00 Wita. Panitia dengan sabar menanti, tapi tidak berapa lama scedule berubah pula menjadi jam 17.00 Wita baru diberangkatkan dari bandara. Dengan berat hati panitia kembali ke Negara yang menempuh jarak 30 km dari Kandangan.
Selepas isya kami berkumpul lagi untuk mengatur mengambilan naskah soal, maka diputuskan hanya dua kepala sekolah yang dikawal polisi yang berangkat sedang yang lain menunggu di polsek masing masing guna serah terima ke polsek.
Ternyata naskah tiba dipolsek tiba pukul 02.00 dini hari, itupun dengan catatan masih carut marut dan perlu disusun ulang yang ternyata masih banyak paket yang kurang, padahal esok pagi kami harus mengawas jalannya ujian, jadi hanya ada waktu dua jam untuk istirahat karena jam 06.00 Wita kami harus sudah mengambil soal untuk ujian hari itu.
Kondisi menjadi runyam untuk paket C terutama yang dibawah naungan Depag, karena dari perwakilan pesantren tidak pernah mendapat petunjuk teknis pengambilan soal. Ternyata secara teknis cukup berbeda paket C yang dibawah naungan Diknas dengan paket C yang dibawah naungan Depag. Dari tim independen  sendiri tidak ada yang mendapatkan tugas untuk pengawasan paket C yang dibawah naungan Depag.
Hari pertama sudah menuai masalah karena soal matematika untuk paket C IPS yang dikirim paket IPA terpaksa harus diulang. Ditengah jalan banyak persoalan yang muncul mulai soal yang cuma fotocopy, yang artinya paket yang 20 tidak berlaku karena soal semua sama. Ketika pelajaran bahasa Indonesia ternyata terdapat soal bahasa Inggris. Yang lebih parah soal bahasa Inggris untuk listening kaset yang dikirim salah sehingga dua sekolah minta perpanjangan waktu, lha kok persis main bola ada injure time.
Secara umum kami begitu kecewa Ujian kali ini Ujian yang terkonyol, guru dipaksa begadang menunggu soal, anak anak di ombang ambingkan dana percetakan yang milyaran hanya berupa foto copy, gembar gembor paket 20 cuma isapan jempol. Antara hasil yang diharap dengan dana yang disediakan kok jadi lelucon. Sementara di daerah masih banyak sekolah yang hampir roboh, kekurangan guru, semua serba keterbatasan sementara dana yang ada cuma di hambur.
Ujian Nasional bertujuan baik, tapi tak sebaik pelaksanaannya. Seharusnya proses menuju kearah tujuan menjadi prioritas.