Sabtu, 28 Mei 2011

PERKAWINAN NEGARA PART III

Ketika acara puncak yaitu resepsinya ada beberapa acara seremonial yang harus dilalui, yaitu :
Badua Selamat Pengantin
Badua Selamat Pengantin artinya berdoa untuk keselamatn pengantin dan anggota keluarga, biasanya dipimpin oleh penghulu atau ulama terkemuka di kampung. Selesai doa para hadirin dapat menikmati hidangan yang telah disiapkan, bagi mereka yang datang terlambat dapat langsung menikmati hidangan sebelum mengucapkan selamat kepada pengantin.
Bahias 
Artinya merias pengantin, biasanya dilakukan sekitar pukul 10 pagi. Tata rias meliputi make up, rambut dan pakaian serta kelengkapan lainnya seperti palimbayan. Cuma hal ini untuk pengantin wanita, sedang pengantin pria biasanya mulai berias setelah sholat dzuhur.
Acara ini yang paling seru, karena ketika pengantin pria sudah mengutus utusan yang menyatakan siap, maka pengantin diarak untuk disandingkan. Biasanya arak arakkan ini diiring dengan kesenian tradisional atau rebana. Arak arakan menuju pengantin wanita ini diikuti tetuha (orang tua) kampung. Didepan rumah pengantin wanita dikumandangkan shalawat Nabi pertanda pengantin datang, maka pengantin wanita keluar untuk menyambut.
Apabila sudah terjadi pertemuan antar kedua keluarga, selanjutnya kedua mempelai duduk bersanding untuk beberapa saat dimuka pintu, tujuannya untuk memperkenalkan kepada masyarakat kedua mempelai telah disyahkan sebelumnya.
Acara dilanjutkan dengan kedua mempelai masuk rumah dan duduk bersanding di pelaminan. Prosesi yang sangat hikmat ketika pengantin sujud dihadapan kedua orang tua wanita dan dilanjutkan dengan besalaman dengan para hadirin. Setelah itu baru dapat berganti pakaian dan beristirahat.
Untuk pelepasan kedua mempelai harus melalui acara sakral selama tiga hari, dimana pengantin wanita bailang (berkunjung) ke rumah pengantin pria selama tiga hari berturut turut. Pada acara itu dikenal ada acara memalami pengantin. Acara puncaknya besalamatan (bersyukuran) di rumah pengantin wanita. Biasanya kedua pengantin akan tinggal sementara waktu di rumah pengantin wanita untuk mengatur kehidupan yang baru. Apabila sudah mampu maka kedua orang tua baru meridhokan keduanya.

Kamis, 26 Mei 2011

BAKAKAWINAN (PERKAWINAN NEGARA PART II)


Bakakawinan atau pelaksanaan upacara perkawinan adalah acara puncak dari serangkaian acara yang merupakan rangkaian proses acara perkawinan adat Negara khususnya dan adat Banjar umumnya. Sebelum menuju pelaminan mempelai wanita melakukan persiapan berupa :


Seperti umumnya adat Melayu mempelai wanita bila akan memasuki pelaminan dipingit atau tidak boleh kemana mana, ini untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan.

Pada waktu memasuki masa pingit ini dipergunakan untuk merawat diri, sehingga nantinya ketika naik pelaminan betul betul  menjadi sentral laksana seorang putri raja. Perawatan diri inilah yang disebut dengan bekasai lebih khusus disebut dengan kasai wida.

Kasai Wida  merupakan upacara perawatan diri secara tradisional yang menggunakan ramuan ramuan tradisional berupa : beras ketan, telor ayam kampung, temu lawak, temu lati atau bila tidak ada menggunakan temu giring. Semua bahan dihaluskan kemudian ditambah dengan air secukupnya. Ramuan yang telah jadi dikasaikan (dioleskan) keseluruh tubuh kecuali wajah.

Kasai Wida dilakukan dengan tujuan sebagai perawatan diri sang mempelai agar ketika bersanding terlihat cerah dan bercahaya ketika disandingkan.


Padatnya acara seremonial dan beragam baju yang harus dikenakan pengantin disamping itu kerumunan tamu yang datang, tentu membuat pengantin gerah dan mudah berkeringat. Untuk mengantisipasi keringat yang dapat mengganggu resepsi nantinya apakah akan membuat baju pengantin basah atau tata rias yang bisa luntur, maka dilakukan dengan cara batimung.

Batimung adalah semacam mandi uap (tsauna ) namun menggunakan ramuan ramuan tradisional sehingga aroma keringat yang kurang sedap bisa menjadi wangi. Ramuan ramuan yang digunakan biasanya berupa : kembang, serai, dan pandan.

Caranya adalah dengan memasukkan semua bahan dalam sebuah panci yang besar.. Semua bahan ditambah dengan air mendidih lalu diletakkan dibawah kursi yang tempat dudukannya berlobang lobang. Jarak antara panci dan kursi kurang lebih sati meter.  Sang calon didudukkan dikursi agar mendapat penguapan dari bawah dengan diselimuti beberapa kain tebal, kalau orang bahari (dahulu) dengan menggunakan tikar purun ( tikar yang terbuat dari purun).


Bapapai  adalah upacara yang dilaksanakan sebagai proses peralihan antara masa remaja dengan masa dewasa dan juga diyakini sebagai penghalat atau penangkal dari perbuatan perbuatan jahat. Upacara ini dilakukan pada waktu sore hari atau malam hari. Upacara ini dilaksanakan tiga atau dua hari sebelum upacara perkawinan.


Upacara ini merupakan penobatan calon pengantin untuk memasuki gerbang perkawinan. Pemilihan hari dan tanggal perkawinan disesuaikan dengan bulan arab atau bulan hijriyah yang baik.

Senin, 16 Mei 2011

GERABAH NEGARA



Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat yang dibentuk kemudian dibakar untuk kemudian dijadikan alat-alat yang berguna membantu kehidupan.

Asal mula

Gerabah diperkirakan telah ada sejak zaman manusia purba. Di situs-situs bersejarah, telah ditemukan banyak gerabah kuno yang berfungsi sebagai perkakas rumah tangga

Macam

  • Piring
  • Kendi
  • Tempayan
  • Anglo
  • Kuali
  • Celengan
  • Pot
  • Gerabah hiasan

Di Negara sentral pembuatan Gerabah berada di desa Bayanan. Akan tetapi orang lebih mengenal dengan “pedapuran”, karena di daerah ini banyak pembuat gerabah untuk dapur, kuali dan anglo. Akan tetapi banyak juga yang membuat gerabah celengan dan hiasan.

Pembuatan

1.     Pengambilan tanah liat. Tanah liat diambil dengan cara menggali secara langsung ke dalam tanah yang mengandung banyak tanah liat yang baik. Tanah liat yang baik berwarna merah coklat atau putih kecoklatan. Tanah liat yang telah digali kemudian dikumpulkan pada suatu tempat untuk proses selanjutnya. Karena Negara wilayahnya rawa maka untuk mendapat kreteria itu para pengrajin tidak terlalu sulit.
2.     Persiapan tanah liat. Tanah liat yang telah terkumpul disiram air hingga basah merata kemudian didiamkan selama satu hingga dua hari. Setelah itu, kemudian tanah liat digiling agar lebih rekat dan liat. Para pengrajin gerabah di Negara umumnya menggunakan penggilingan secara manual yaitu dilakukan dengan cara menginjak-injak tanah liat hingga menjadi ulet dan halus.  Hasilnya menjadi kwalitas  terbaik.
3.     Proses pembentukan. Setalah melewati proses penggilingan, maka tanah liat siap dibentuk sesuai dengan keinginan. Aneka bentuk dan disain depat dihasilkan dari tanah liat. Seberapa banyak tanah liat dan berapa lama waktu yang diperlukan tergantung pada seberapa besar gerabah yang akan dihasilkan, bentuk dan disainnya. Perajin gerabah akan menggunakan kedua tangan untuk membentuk tanah liat dan kedua kaki untuk memutar alat pemutar (perbot). Kesamaan gerak dan konsentrasi sangat diperlukan untuk dapat melakukannya. Alat-alat yang digunakan yaitu alat pemutar (perbot), alat pemukul, batu bulat, kain kecil. Air juga sangat diperlukan untuk membentuk gerabah dengan baik.
4.     Penjemuran. Setelah bentuk akhir telah terbentuk, maka diteruskan dengan penjemuran. Sebelum dijemur di bawah terik matahari, gerabah yang sudah agak mengeras dihaluskan dengan air dan kain kecil lalu dibatik dengan batu api. Setalah itu baru dijemur hingga benar-benar kering. Lamanya waktu penjemuran disesuaikan dengan cuaca dan panas matahari.
5.     Pembakaran. Setalah gerabah menjadi keras dan benar-benar kering, kemudian banyak gerabah dikumpulkan dalam suatu tempat atau tungku pembakaran. Gerabah-gerabah tersebut kemudian dibakar selama beberapa jam hingga benar-benar keras. Proses ini dilakukan agar gerabah benar-benar keras dan tidak mudah pecah. Bahan bakar yang digunakan untuk proses pembakaran adalah kayu bakar.
6.     Penyempurnaan. Dalam proses penyempurnaan, gerabah jadi dapat dicat dengan cat khusus atau diglasir sehingga terlihat indah dan menarik sehingga bernilai jual tinggi.

Jumat, 13 Mei 2011

Perkawinan Negara


Tulisan ini dimaksudkan sebagai adat perkawinan yang dilakukan masyarakat Negara (Daha). Untuk menuju ke proses perkawinan harus melalui beberapa tahapan, sebagaimana umumnya masyarakat Banjar yang merupakan masyarakat asli Kalimantan Selatan.
Proses itu diawali dengan batunangan yaitu ikatan kesepakatan dari kedua orang tua masing masing untuk mencalonkan  kedua anak mereka kelak sebagai suami istri. Biasanya batunangan hanya diketahui oleh kedua orang tua saja apabila masing masing mempunyai anak yang telah melalui masa aqil baliq bahkan ada yang dilakukan sejak masih kecil. Dari kebiasaan inilah maka banyak pasangan pasangan muda di Negara, namun seiring perubahan jaman kebiasaan itu sudah mulai terkikis apalagi dengan kesadaran arti pendidikan dikalangan orang tua sehingga sekolah anak mulai mendapat tempat sebagai sekala prioritas.
Sisi positif dari batunangan mampu mengurangi angka “pacaran” karena masing masing pemuda dan pemudi sudah mempunyai calon pendamping hidupnya, bahkan dahulu orang Negara tidak mengenal istilah “pacaran”.
Pelaksanaan upacara perkawinan memakan waktu dan proses yang panjang, karena harus melalui beberapa proses seperti betatakunan artinya upacara lamaran, babayuan atau dalam istilah lain bapatut jujuran artinya kesepakatan jujuran atau pertalian antar kedua belah pihak, maatar jujuran atau maatar petalian  yaitu proses mengantar jujuran atau pertalian, dan bakakawinan adalah resepsi pelaksanaan upacara perkawinan.
Sebagaimana orang melayu semua proses banyak dihiasi dengan pantun pantun atau musik tradisional atau madihin.
Pihak perempuan sifatnya menunggu, jadi dari pihak laki lakilah yang proaktif  betatakunan mulai mencari informasi tentang gadis yang dimaksud mulai dari bibit, bebet dan bobotnya, termasuk apakah sang gadis sudah ada ikatan atau belum dengan pihak lain. Bila dirasa cukup sesuai maka dikirim utusan untuk melamar. Biasanya terjadi perang pantun, jadi sang utusan disamping bijak, juga harus seorang diplomatic handal yang dapat menjadi “orang tua” sehingga lamarannya diterima.
Apabila terjadi kesepakatan maka proses selanjutnya adalah babayuan  atau bapatut jujuran. Pada proses ini pihak laki laki mengirim utusan untuk membicarakan mas kawinnya, juga perhitungan perhitungan pelaksanaan perkawinan nantinya. Karena mengemban tugas yang cukup berat, maka sang utusan tidak sekedar mempunyai persyaratan diatas, tetapi juga ahli hitung. Kebijakannya harus disesuaikan dengan kondisi ekonomi, status social, pendidikan dan lainnya yang menjadi frame of experience sang calon pengantin.. Terlepas dari besar kecilnya mas kawin umumnya untuk membekali pasangan baru nantinya disyaratkan seisi kamar maksudnya ranjang, almari serta buffet perias. Namun semua berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
Setelah terjadi kesepakatan dilanjutkan dengan maatar jujuran atau maatar petalian.  Kegiatan yang umumnya dilaksanakan oleh ibu ibu ini dimaksudkan untuk mengantarkan mas kawin yang telah disepakati sebagai ikatan bahwa kedua belah pihak akan melaksanakan perkawinan. Pada acara ini sekaligus ditentukan waktu resepsinya.
Sebagai acara puncak adalah bakakawinan atau resepsi perkawinannya. Pada acara ini cukup simple dan tidak banyak seremonial seperti di jawa, intinya untuk memperkenalkan dan mengumumkan pada tamu pada hari itu telah resmi pasangan yang melaksankan perkawinan. Biasanya hidangan dihidangkan secara prasmanan, tamu datang langsung makan selanjutnya memberi ucapan selamat kepada pengantin, lalu pulang. Jadi yang datang tidak ditentukan jamnya, mereka dapat datang secara bergantian pada hari itu. Pelaksanaannya biasanya di bulan maulid dan bulan haji. @

Kamis, 12 Mei 2011

Kenangan Mualim KH Syamsuni Negara Bersama Pemuka Masyarakat





 Bersama 
Al Allamah 
Tuan Guru H M Zaini Ghani Sekumpul



Bersama 
Bupati HSS 
Dr M Safi'i M Si



Bersama 
Habib Al Kaff 
dan Habib Abdillah






Bersama 
Habib Husien Rantau




Bersama 
Habib Umar Al Habsyi

Rabu, 11 Mei 2011

PIP satu satunya peserta Pelatihan Kepemimpinan dari Negara

Pembukaan Pelatihan Kepemimpinan Pemuda dan Pelajar se HSS

Tanggal 6 Mei 2011 hingga 8 Mei 2011 lalu GP Ansor HSS mengadakan Pelatihan Kepemimpinan se HSS yang diadakan di aula Diknas Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Loksado. Dari sekolah yang mengirim utusannya Madrasah Aliyah PIP merupakan satu satunya peserta dari Negara.Madrasah PIP sendiri mengirim lima peserta, yakni Muhammad Yamin, Siti Nurbayah, Siti Rahmah A, Siti Rahmah B dan Wahyudi.

Minggu, 08 Mei 2011

Dragon Boat




Dalam Rangka hari Pendidikan Nasional Disbudpar HSS mengadakan lomba perahu naga (dragon boat) antar sekolah se Negara pada tanggal 8 Mei  2011. Lomba yang diikuti 12 tim putra dan 4 tim putri ini dilaksanakan di sengai Negara ( sungai Bahan ) yang dipusatkan di pelabuhan kota Negara.


Untuk mempromosikan Negara sebagai kota wisata air memang diperlukan kiat kiat semacam lomba dragon boat ini, disamping untuk mencari bibit bibit atlit daerah yang potensial yang bisa berprestasi hingga nasional atau bahakan internasional. Panitia menyediakan hadiah uang pembinaan sebesar Rp 1.250.000,- untuk juara pertama, Rp 1.000.000,- untuk juara kedua, dan Rp 750.000,- untuk juara ketiga serta Rp 500.000,- untuk juara empat baik putra maupun putri.

Sebagai bukti hasil binaan tersebut lahir juara baru dari sekolah wilayah terpencil, SMA Negeri Daha Barat (Bajayau) yang dilatih guru olah raganya Agus sebagai juara pertama putra. Untuk juara kedua putra diraih tim SMKN Daha Selatan disusul Tim MAN Tambak Bitin sebagai juara ketiga, sedang juara empat diraih peserta dari SMPN 3 Daha Selatan.

Lagi lagi SMA Bajayau membuktikan di tim putri walau lahir sebagai juara ketiga, juara pertama diraih oleh SMAN Daha Utara, disusul tim SMKN Daha Selatan dan SMPN 3 Daha Selatan. Kedepan diharapkan lomba yang akan datang lebih meriah, paling tidak pada hari proklamasi 17 Agustus yang akan datang yang direncanakan untuk umum. (@)

Kamis, 05 Mei 2011

Arah Pendidikan Kita

Dalam setahun ini paling tidak sudah ada tiga kebijakan pemerintah tentang pendidikan yang menghebohkan. Masalah standar kelulusan merupakan kebijakan yang ramai dibincangkan, hal ini menyangkut waktu kebijakan, isi kebijakan atau tujuan dan kepentingan kebijakan. Lalu bagaimana kenyataan di lapangannya ?
Sudah dapat ditebak apapun alasannya Ujian Nasional akan tetap dipertahankan, walaupun banyak yang menentang dan bahkan secara hukum telah diputuskan MA. Apalagi kalau bukan karena ini adalah sebuah proyek besar, walaupun di lapangan banyak ditemukan kenyataan yang mewarnai dunia pendidikan kita menjadi abu abu. Dari pelaksanaannya saja sudah menyedihkan, ketika ujian harus melibatkan aparat kepolisian, artinya sudah tidak ada kepercayaan lagi pemerintah pada anak anak bangsa, juga pada guru guru atau panitianya. Sebuah langkah yang didasari dengan ketidak percayaan tentu ditengah jalan akan selalu ada kecurigaan bahkan menjadi stimuli kecurangan. Belum lagi nantinya pemerintah daerah menginstruksikan baik itu Cuma secara lisan yang secara hirarki akan sampai ke bawah tuntutan agar daerahnya tidak “jeblok” dalam ujian nasional. Wal hasil murid dan guru saling kongkalikong agar bagaimana sekolahnya biar lulus seratus persen, tak peduli apa jalannya. Konfigurasi ini bahkan tidak “local”an saja tapi juga regional atau bahkan menasional. Jangan salahkan mereka, toh standar yang diterapkan menyama ratakan sekolah tak peduli lokasi geografis, kondisi daerah, budaya atau tingkat kecenderungan pendidikan masing masing daerah.
Dengan alasan menyerap aspirasi arus bawah lalu diatur komposisi 40-60, apa yang terjadi ? Di negeri ini lahir tukang sulap-tukang sulap baru. Mulai dari raport baru sampai raport yang cuma selembar foto kopian.
Guru sebagai ujung tombak menjadi perahan yang harus berjalan dengan menitipkan hati nuraninya. Ya nasib secara ekonomi sudah jauh terperhatikan, tapi hakekat keguruannya yang terkebiri dengan kebijakan kebijakan yang memojokkan. Belum lagi untuk menunjukkankan profesionalisnya dituntut dengan perangkat perangkat yang setumpuk.
Kalau disetiap Standar Kompetensi Kelulusan taqwa dan budi pekerti selalu di tempatkan sebagai nomor satu di setiap mata pelajaran, apakah bisa tercapai ? Taqwa dan budi pekerti tidak bisa ditransferkan hanya dengan pembelajaran saja tapi pendidikan perlu contoh yang ditiru perlu figure idola dan praktek dalam kenyataan bukan tulisan.
Sering kali kita gengsi menerima kenyataan, kenyataan standar pendidikan kita, kenyataan anak anak bangsa, sehingga tanpa kita sadari kita paksakan dengan teori teori yang terlihat ideal. Ironisnya nilai nilai luhurnya menjadi taruhan.