Rabu, 30 Maret 2011

Potensi daerah dan pendidikan

SMAN 1 DAHA BARAT

Sektor pendidikan harus mendapat perhatian khusus, karena potensi yang dimiliki Negara sangat besar terutama sumber daya alamnya. Sebagai wilayah bekas kerajaan Daha atau Kahuripan III yang awalnya berpusat di Amuntai, maka wilayah Negara merupakan alternative wilayah kehidupan atau kauripan menurut generasi terdahulunya.
Kemampuan masyarakat dalam mengolah kerajinan dari besi dan gerabah memang menunjukkan tanda tanda bahwa masih ada keterkaitan antara kerajaan Daha yang di Jawa dan kerajaan Daha di Negara. Apalagi adat istiadat yang masih banyak dipengaruhi budaya agama Budha Shiwa masih cukup kental juga banyaknya kesamaan antara bahasa jawa dan bahasa Negara. Bila benar itu adanya maka wilayah kerajaan Kauripan di Amuntai dan Daha  di Negara dinilai mempunyai potensi untuk menjadi pemukiman baru ketika meraka kalah perang di tanah Jawa.
Potensi yang ada saat ini terbukti dengan masuknya perkebunan sawit di wilayah kecamatan Daha Barat.  Dibukanya perkebunan sawit di wilayah Negara menjadi indikasi Negara akan menjadi segitiga emas, penghubung wilayah Kalteng, Kaltim dan Kalsel.
Menurut cerita sebagian masyarakat di desa ujung banua terdapat sumber minyak tanah, dimana di masa Belanda pernah diadakan penelitian besar besaran, akan tetapi hal itu saat ini tidak terdengar lagi ceritanya.
Kalau dari jumlah penduduk, Negara mempunyai tingkat kepadatan cukup tinggi di wilayah kabupaten Hulu Sungai Selatan. Dalam dua periode terakhir saja bupati yang menjabat sampai saat ini putra daerah Negara, itu karena tentunya atas dukungan warga Negara yang mempunyai penduduk yang cukup besar.
Dengan potensi yang ada bila tidak dibarengi dengan pendidikan maka akan menjadi boomerang bagi masyarakat Negara sendiri. Mereka harus bisa merubah pola pola lama yang tradisional dengan pengelolaan modern yang tentunya harus didukung ilmu pengetahuan.
Sekalipun putra daerah ada yang sudah menunjukkan kemampuan hingga tingkat nasional bahkan internasional akan tetapi jumlah sarjana yang ada masih cukup minim. Kesadaran pendidikan mulai tumbuh berkembang, terutama dimotori oleh pemuka pemuka agama melalui pesantren dan madrasah, maka tak heran kalau madrasah mendapat perhatian khusus di masyarakat. Sebagai contoh pergerakan pramuka di Negara dimotori dari Madrasah bukan Sekolah. Jumlah siswa di madrasah dan pesantrenpun jauh lebih banyak bila dibanding sekolah umum.
Cuma ada satu kata bila masyarakat Negara tak ingin menjadi buruh di wilayahnya sendiri, maka pendidikan harus dinomor satukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar